Jumat, 23 Mei 2014

Pentingnya Memiliki Pemikiran Untuk Belajar

Beberapa hari ini saya menemui beberapa kasus yang membuat saya berpikir, bahwa sangat penting bagi kita untuk menanamkan pemikiran untuk belajar.

Kasus pertama, saya bertemu dengan seorang bapak yang memeriksakan kondisi kesehatan tubuhnya. Setelah diperiksa saya menemukan akar permasalahan dari kondisi tubuhnya. Penjelasan yang saya berikan adalah dari segi eastern medication, sedangkan di bapak tersebut telah sangat kental dengan western medication (istrinya adalah western medication doctor). Sehingga timbullah ketidak-cocokan di sana, di mana si bapak itu juga tidak memiliki pemikiran untuk belajar. Western medication membagi-bagi seluruh tubuh kita menjadi satu pendirian individu, eastern medication memandang tubuh adalah satu kesatuan tak terpisahkan. Jadi bapak tersebut tidak menerima adanya penjelasan sebab akibat di dalam tubuh, si bapak menyatakan bahwa diagnosa penyakit harus langsung dapat menunjukkan sakit di anggota tubuh tersebut.

Ini tidak dapat disalahkan karena kita memang lebih familiar dengan konsep western medication. Tetapi yang disayangkan adalah bahwa bapak tersebut tidak memiliki pemikiran untuk menerima hal baru. Kenapa saya katakan disayangkan? Berikut contohnya. Permasalahan lambung. Secara western medication permasalahan lambung adalah urusan lambung itu sendiri. Secara eastern medication, permasalahan lambung bisa dipicu oleh kelainan pada liver, ginjal, bahkan jantung. Kenapa jantung bisa? Antara jantung dan lambung tidak ada salurannya bukan? Berikut penjelasan secara eastern medication. Jantung sehat membuat aliran darah di dalam tubuh menjadi baik, kalau jantung ada gangguan maka aliran darah juga terganggu. Gangguan aliran darah semakin lama membuat darah kita juga menjadi buruk karena banyaknya endapan sampah yang tidak dapat dibuang maksimal. Lambung juga dikelilingi oleh pembuluh darah dan mendapatkan tenaga dari darah. Jadi apabila aliran darah tidak bagus, darahnya jelek, lambung juga bisa menjadi sakit. Tentu saja berbeda sakitnya antara langsung lambung bermasalah dengan yang disebabkan oleh faktor lain. Inilah yang harus bisa kita terima, kalau tidak sayang sekali kita menghabiskan waktu konsentrasi di lambung tetapi akar masalahnya bukan di lambung, tetapi aliran darah. Silahkan dipikirkan sendiri.

Kasus kedua, ada seorang ibu mengkambing-hitamkan produk obat yang dia berikan untuk orang tuanya. Mengapa saya mengatakan mengkambing-hitamkan bukan komplain? Karena kalau komplain berarti dia membutuhkan jawaban, tetapi si ibu ini mengharuskan, menekan-nekan, oleh karena itu saya bilang mengkambing-hitamkan.

Ceritanya bermula dari si ibu tersebut membeli produk obat untuk diberikan kepada ayahnya yang diabetes. Setelah makan (yang kita tidak tahu dia makan apaan), diminumlah obat tersebut. Tidak lama kemudian ayah dari ibu itu muntah-muntah hebat. Dibawalah ke UGD untuk penangangan. Si ibu tersebut telepon deh mulai mengkambing-hitamkan produsen produk obat tersebut. Sesuai prosedur komplain bahwa harus mendapatkan surat keterangan diagnosa terlebih dahulu dari pihak rumah sakit, baru bisa dipastikan penyebabnya. Surat saja belum ada, dokter di rumah sakit saja tidak bisa memberikan keputusan, masak langsung memvonis bahwa muntah-muntah akibat produk obat? Makanan yang dimakan bagaimana? Bisa saja dari faktor makanan yang dimakan. Bisa juga dari faktor masuk angin, kondisi pasien terlalu lemah, sehingga muntah-muntah tidak terkendali.

Sangat disayangkan sekali karena si ibu itu tidak memiliki pemikiran untuk belajar, sehingga membuat orang lain tidak enak. Padahal saya sudah kepingin untuk membantu sepenuhnya ke ibu tersebut, tetapi kelakuannya seperti itu yah mana mau saya bertemu dengan dia, bisa-bisa belum bicara nanti pas baru ketemu sudah dipukuli rame-rame, tinggal tunggu tuntutan saja di pengadilan kalau memang mau.

Sekian deh materi kali ini, semoga dengan membaca materi ini para pembicara bisa diingatkan kembali untuk memiliki pemikiran untuk belajar hal-hal baru utamanya supaya tidak menyebabkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar